Back

Kurs Rupiah Indonesia Menguat di Tengah Sentimen Positif Pasar Asia usai Trump Tunda Tarif selama 90 Hari

  • Nilai tukar Rupiah menguat tipis sekitar 0,18% ke level 16.823 per USD.
  • Presiden AS Donald Trump menunda pemberlakuan tarif tinggi selama 90 hari, kecuali Tiongkok.
  • Pasar global melonjak, IHSG meroket 5,34% ke level 6.286,47.

Setelah ditutup di 16.850-an pada perdagangan kemarin, nilai tukar Rupiah Indonesia (IDR) menguat terhadap Dolar AS (USD) siang ini di perdagangan sesi Asia. Mata uang Garuda kini tengah bergerak di sekitar 16.823 per USD, atau menguat sekitar 0,18%. Rupiah mendapatkan dukungan ketika Indeks Dolar AS (DXY), yang mengukur kekuatan Dolar AS terhadap enam mata uang utama lainnya, tampak tidak terlalu banyak bergerak di sekitar 102,75 pada saat berita ini ditulis.

Dolar AS sempat menguat terhadap beberapa mata uang safe-haven, pada hari Rabu malam setelah Trump mengumumkan untuk menunda tarif tinggi selama 90 hari pada sebagian besar negara. Pengumuman ini telah meredakan kekhawatiran terhadap dampak ekonomi global akibat kebijakan perdagangan AS, sehingga memicu rally tajam di pasar ekuitas. S&P 500 melonjak 9,5% dan mencatat kenaikan harian terbesar sejak 2008, yang sebelumnya sempat anjlok karena kekhawatiran bahwa perang dagang Trump dapat menyeret ekonomi global ke dalam resesi.

Seiring dengan penundaan sementara tersebut, Amerika Serikat menurunkan tarif bea masuk menjadi 10% bagi puluhan negara mitra dagang, kecuali Tiongkok. Untuk Tiongkok sendiri, total tarif yang dikenakan saat ini mencapai 125%. Namun, yang menjadi keuntungan tersendiri bagi Beijing adalah fakta bahwa perekonomian AS jauh lebih bergantung pada impor dari Tiongkok dibandingkan ketergantungan Tiongkok terhadap barang dari AS.

Pasar keuangan Asia merespon positif keputusan Trump tersebut, pada perdagangan pagi tadi, indeks acuan Jepang Nikkei 225 melonjak 8,3% dalam perdagangan pagi menjadi 34.353,17, melesat naik segera setelah perdagangan dimulai. Indeks S&P/ASX 200 Australia melonjak 4,7% menjadi 7.722,90. Indeks Kospi Korea Selatan naik 5,5% menjadi 2.419,37. Indeks Hang Seng Hong Kong naik 3,7% menjadi 21.003,84. Indeks Shanghai Composite naik tipis 1,5% menjadi 3.232,86. IHSG juga meroket hingga siang ini ke 6.286,47, atau naik 5,34%.

Dolar AS juga mendapatkan dukungan setelah risalah rapat FOMC bulan Maret mengindikasikan bahwa para pejabat The Fed sepakat mengenai potensi risiko inflasi yang lebih tinggi di AS, para pelaku pasar mulai mengurangi ekspektasi terhadap pemangkasan suku bunga secara agresif oleh Federal Reserve. Kondisi ini memberikan dukungan tambahan bagi penguatan Dolar AS. Di sisi lain, sejumlah pejabat penting The Fed juga menyerukan agar langkah penurunan suku bunga dilakukan dengan hati-hati dan penuh pertimbangan.

Para pelaku pasar kini memprakirakan bahwa The Fed kemungkinan akan menunda dimulainya siklus pemangkasan suku bunga hingga bulan Juni, dengan proyeksi total penurunan hanya sebesar 75 basis poin hingga akhir tahun. Meski begitu, para investor Dolar AS tampaknya masih bersikap hati-hati dan enggan mengambil posisi agresif. Mereka memilih menunggu rilis data inflasi AS, yakni Indeks Harga Konsumen (IHK) yang keluar hari ini dan Indeks Harga Produsen (IHP) yang dijadwalkan rilis Jumat, sebelum mengambil langkah lebih lanjut terkait pergerakan Dolar AS, yang juga akan memengaruhi pergerakan pasangan mata uang USD/IDR selanjutnya.

Pertanyaan Umum Seputar Tarif

Meskipun tarif dan pajak keduanya menghasilkan pendapatan pemerintah untuk mendanai barang dan jasa publik, keduanya memiliki beberapa perbedaan. Tarif dibayar di muka di pelabuhan masuk, sementara pajak dibayar pada saat pembelian. Pajak dikenakan pada wajib pajak individu dan perusahaan, sementara tarif dibayar oleh importir.

Ada dua pandangan di kalangan ekonom mengenai penggunaan tarif. Sementara beberapa berpendapat bahwa tarif diperlukan untuk melindungi industri domestik dan mengatasi ketidakseimbangan perdagangan, yang lain melihatnya sebagai alat yang merugikan yang dapat berpotensi mendorong harga lebih tinggi dalam jangka panjang dan menyebabkan perang dagang yang merusak dengan mendorong tarif balas-membalas.

Selama menjelang pemilihan presiden pada November 2024, Donald Trump menegaskan bahwa ia berniat menggunakan tarif untuk mendukung perekonomian AS dan produsen Amerika. Pada tahun 2024, Meksiko, Tiongkok, dan Kanada menyumbang 42% dari total impor AS. Dalam periode ini, Meksiko menonjol sebagai eksportir teratas dengan $466,6 miliar, menurut Biro Sensus AS. Oleh karena itu, Trump ingin fokus pada ketiga negara ini saat memberlakukan tarif. Ia juga berencana menggunakan pendapatan yang dihasilkan melalui tarif untuk menurunkan pajak penghasilan pribadi.


 

Kementerian Perdagangan dan Kementerian Luar Negeri Tiongkok: Akan mengambil langkah lebih lanjut untuk menentang Intimidasi AS

Pernyataan bersama telah dikeluarkan oleh Kementerian Perdagangan Tiongkok dan Kementerian Luar Negeri, mencatat bahwa mereka “akan mengambil langkah-langkah lebih lanjut untuk menentang penindasan AS”
Read more Previous

Valas Hari Ini: Dolar AS Kesulitan untuk Melanjutkan Rebound setelah Penangguhan Tarif, Fokus pada IHK

Berikut adalah yang perlu Anda ketahui pada hari Kamis, 10 April:
Read more Next